Sinopsis Film Just Mom Drama Kluarga

Film Just Mom Drama Kluarga Foto: (Google)

Just Mom adalah film drama keluarga yang mengharukan, disutradarai oleh Jeihan Angga, dan diadaptasi dari novel Ibu, Doa yang Hilang karya Bagas Dwi Bawono. Film ini membawa kisah mendalam tentang cinta, pengorbanan, dan hubungan antara ibu dan anak yang sarat emosi dan refleksi.

Awal Cerita Film
Film ini dimulai dengan memperkenalkan tokoh utama, Ibu Siti (Christine Hakim), seorang wanita paruh baya yang memiliki cinta tak terbatas kepada anak-anaknya: Pratiwi (Niken Anjani), Damar (Ge Pamungkas), dan Jalu (Toran Waibro). Setelah beranjak dewasa, anak-anaknya meninggalkan rumah untuk mengejar karier dan kehidupan masing-masing.

Pratiwi menetap di kota bersama keluarganya, sementara Damar dan Jalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Kesibukan mereka membuat hubungan dengan Ibu Siti menjadi semakin renggang. Ibu Siti yang tinggal di desa mulai merasakan kesepian yang mendalam, meskipun ia selalu berusaha menyembunyikan perasaannya agar tidak membebani anak-anaknya.

Suatu hari, ketika Ibu Siti membuat teh untuk anak-anaknya yang tidak kunjung datang, ia teringat momen-momen kebersamaan mereka dulu. Namun, meskipun hatinya dipenuhi kerinduan, ia merasa ragu untuk menghubungi mereka karena takut mengganggu kesibukan mereka.

Pertemuan dengan Murni
Dalam upayanya mengalihkan perhatian dari rasa kesepian, Ibu Siti bertemu dengan Murni (Ayushita), seorang wanita muda yang mengalami gangguan jiwa dan sedang mengandung. Murni ditemukan oleh Ibu Siti dalam kondisi terlantar, tanpa keluarga yang peduli padanya.

BACA JUGA: Film Home Sweet Loan Drama Kluarga Mengajarkan Banyak Hal Kedewasaan

Melihat kondisi Murni, hati keibuan Ibu Siti tergerak. Ia memutuskan untuk membawa Murni ke rumahnya dan merawatnya seperti anak sendiri. Keputusan ini memberikan Ibu Siti tujuan baru dalam hidupnya. Murni menjadi pelipur lara bagi Ibu Siti, sementara Ibu Siti menjadi figur ibu yang penuh kasih bagi Murni, yang seumur hidupnya tidak pernah merasakan cinta seorang ibu.

Namun, kebahagiaan kecil ini tidak datang tanpa rintangan. Kondisi kesehatan Ibu Siti semakin menurun akibat kanker yang dideritanya. Meskipun demikian, Ibu Siti tetap memberikan perhatian penuh kepada Murni, bahkan rela mengorbankan waktu dan tenaganya untuk memastikan Murni merasa dicintai dan dihargai.

Konflik dengan Anak-Anak
Keputusan Ibu Siti untuk merawat Murni tidak diterima dengan baik oleh anak-anaknya. Pratiwi, Damar, dan Jalu merasa bahwa Ibu Siti terlalu memaksakan diri, terutama dengan kondisi kesehatannya yang semakin melemah. Mereka khawatir bahwa kehadiran Murni akan menambah beban bagi Ibu Siti, tetapi pada saat yang sama, mereka juga menyimpan rasa bersalah karena jarang memperhatikan ibunya.

Konflik keluarga ini memuncak ketika anak-anak Ibu Siti mulai mempertanyakan keputusan ibunya. Mereka mendesak Ibu Siti untuk melepas Murni dan fokus pada kesehatannya sendiri. Namun, Ibu Siti menolak. Ia menjelaskan bahwa merawat Murni adalah caranya untuk merasa berarti dan bahagia, meskipun tubuhnya sedang melawan penyakit.

Puncak Cerita
Ketika hari-hari terakhirnya mendekat, Ibu Siti semakin lemah. Namun, ia tetap berusaha menunjukkan ketulusan cintanya, baik kepada anak-anaknya maupun kepada Murni. Dalam sebuah momen emosional, anak-anak Ibu Siti akhirnya memahami alasan di balik keputusan ibunya. Mereka mulai menyadari bahwa kasih sayang seorang ibu tidak pernah berkurang, bahkan ketika ibu mereka diabaikan atau dilupakan.

Anak-anaknya berusaha menebus waktu yang hilang dengan kembali ke sisi Ibu Siti. Mereka mendukung ibunya untuk tetap merawat Murni, bahkan ikut membantu memastikan Murni melahirkan dengan selamat.

Akhir Cerita Film
Film ini mencapai klimaks yang mengharukan ketika Ibu Siti, di tengah kondisinya yang semakin kritis, tetap memberikan kasih sayang terakhirnya kepada Murni dan anak-anaknya. Dalam sebuah adegan penuh emosi, Murni melahirkan bayi yang sehat dengan bantuan Ibu Siti dan anak-anaknya. Bayi tersebut menjadi simbol kelahiran harapan dan cinta baru dalam keluarga mereka.

Setelah kelahiran bayi, Ibu Siti berpamitan dengan tenang. Ia meninggal dunia dengan senyuman, meninggalkan pesan mendalam tentang cinta seorang ibu yang abadi.

Anak-anaknya, yang kini telah memahami pengorbanan dan cinta ibunya, berjanji untuk menjaga Murni dan bayinya sebagai bagian dari keluarga mereka. Kehadiran Murni dan anaknya menjadi pengingat tentang nilai cinta, pengorbanan, dan pentingnya memperhatikan keluarga.

BACA JUGA : Film Jalan Yang Jauh, Jangan Lupa Pulang Drama Kluarga Seru dan Mengharuhkan

Just Mom adalah kisah yang tidak hanya menyentuh hati tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang kasih sayang tanpa syarat seorang ibu. Dengan latar indah seperti Candi Prambanan yang melambangkan nilai sejarah dan budaya Indonesia, film ini menjadi karya yang memadukan emosi, tradisi, dan kemanusiaan.

Melalui perjalanan emosional Ibu Siti, penonton diajak untuk merenungkan pentingnya menghargai keberadaan ibu dalam kehidupan, sebelum semuanya terlambat. Film ini adalah pengingat bahwa cinta seorang ibu adalah anugerah terbesar yang harus selalu dirayakan dan disyukuri.

Pemeran Utama dan Pendukung
Film ini menampilkan deretan aktor dan aktris berbakat, termasuk:

Christine Hakim sebagai Ibu Siti, seorang ibu penuh kasih yang menjadi pusat cerita.
Ayushita sebagai Murni, wanita dengan gangguan jiwa yang menjadi pelipur lara Ibu Siti.
Niken Anjani sebagai Pratiwi, anak perempuan Ibu Siti.
Ge Pamungkas sebagai Damar, anak laki-laki Ibu Siti.
Toran Waibro sebagai Jalu, anak bungsu Ibu Siti.
Dea Panendra sebagai Mbak Sum, sosok pendukung yang memperkaya cerita.

By admin