Sinopsis Film Budi Pekerti

Film Budi Pekerti Foto: (Google)

Budi Pekerti adalah sebuah film drama yang berlatar di Yogyakarta pada masa pandemi Covid-19. Film ini menyoroti konflik moral, tekanan sosial, dan dampak dari media sosial terhadap kehidupan pribadi dan keluarga seseorang. Dengan tema yang relevan dan emosional, film ini mengajak penonton untuk merenungkan nilai-nilai moral dan kemanusiaan di tengah dunia yang semakin terhubung secara digital.

Awal Cerita Film

Kisah ini bermula dengan kehidupan sehari-hari Bu Prani (Ine Febriyanti), seorang guru Bimbingan Konseling (BK) di sebuah sekolah menengah. Bu Prani dikenal sebagai sosok yang berdedikasi, berprinsip, dan dihormati oleh murid-muridnya. Namun, di tengah pandemi Covid-19, kehidupan menjadi semakin sulit. Selain tekanan pekerjaan, ia juga harus menjaga keluarganya. Suaminya, Didit (Dwi Sasono), sedang berjuang melawan depresi akibat tekanan ekonomi. Anak-anaknya, Tita (Prilly Latuconsina) dan Muklas (Angga Yunanda), juga menghadapi tantangan masing-masing di masa sulit ini.

Suatu hari, saat berbelanja di pasar, Bu Prani terlibat perselisihan dengan seorang pengunjung pasar karena masalah antrean. Perselisihan ini memanas, dan tanpa disadari, ada seseorang yang merekam kejadian tersebut. Video itu diunggah ke media sosial tanpa konteks yang lengkap, hanya menampilkan Bu Prani sebagai pihak yang terlihat kasar dan tidak sabar.

BACA JUGA : Film Cek Toko Sebelah Drama Kluarga Romantis Dengan Adegan Komedi

Video tersebut dengan cepat menjadi viral, memicu reaksi negatif dari netizen. Banyak yang menghakimi dan memberikan komentar pedas, menyebut perilaku Bu Prani tidak mencerminkan seorang guru yang layak dijadikan teladan. Kecaman ini semakin meluas, hingga sampai ke kepala sekolah tempat Bu Prani mengajar. Untuk menjaga reputasi sekolah, kepala sekolah memberikan peringatan keras kepada Bu Prani, bahkan mengancam akan memecatnya jika situasi ini terus berlanjut.

Masalah ini tidak hanya berdampak pada karier Bu Prani tetapi juga menghancurkan kedamaian keluarganya. Identitas mereka tersebar, dan keluarga Bu Prani menjadi sasaran hujatan serta stigma dari masyarakat. Didit, suaminya yang sedang berjuang melawan depresi, semakin terpuruk. Sementara itu, Tita dan Muklas, anak-anaknya, harus menghadapi tekanan sosial di lingkungan mereka.

Tita, sebagai anak sulung, mencoba bersikap kuat untuk mendukung ibunya. Bersama adiknya, Muklas, ia berusaha mencari cara untuk membersihkan nama baik keluarga mereka. Namun, perjuangan ini tidak mudah, karena dunia maya telah membentuk opini publik yang sulit dilawan. Mereka juga berusaha keras untuk menyembunyikan masalah ini dari ayah mereka, Didit, demi menjaga kesehatannya.

Dengan bantuan beberapa sahabat dekat dan murid-murid yang percaya pada integritas Bu Prani, keluarga ini mulai melawan stigma yang berkembang. Mereka berusaha mengungkap kebenaran di balik video viral tersebut dan menunjukkan kepada publik siapa Bu Prani sebenarnya.

Pada akhirnya, perjuangan mereka membuahkan hasil. Meski tidak mudah, dukungan publik perlahan tumbuh kembali, dan Bu Prani berhasil mempertahankan pekerjaannya. Film ini ditutup dengan momen refleksi, di mana keluarga Bu Prani menemukan kekuatan dan kedamaian bersama, meski luka akibat kejadian tersebut masih membekas.

Film ini mengajarkan tentang pentingnya empati, memahami konteks sebelum menghakimi, dan kekuatan keluarga dalam menghadapi krisis. Budi Pekerti juga menjadi pengingat akan bahaya media sosial dalam membentuk opini publik tanpa melihat fakta yang sebenarnya. Di sisi lain, film ini menampilkan pentingnya nilai-nilai moral dan perjuangan manusia untuk mempertahankan integritas dan kehormatan.

BACA JUGA : Film Drama Kluarga Komedy Susah Sinyal Singel Mom Membesarkan Anak Remaja

Dengan cerita yang kuat, akting para pemain yang emosional, dan pesan sosial yang relevan, Budi Pekerti adalah sebuah karya yang mampu menyentuh hati dan menginspirasi penontonnya.

Pemain Film
Ine Febriyanti sebagai Bu Prani
Sosok utama, seorang guru BK yang harus menghadapi tekanan sosial dan media akibat insiden kecil yang viral.
Dwi Sasono sebagai Didit
Suami Bu Prani, seorang pria yang tengah berjuang melawan depresi.
Prilly Latuconsina sebagai Tita
Anak sulung Bu Prani, yang berusaha membantu ibunya dan melindungi keluarganya dari tekanan sosial.
Angga Yunanda sebagai Muklas
Anak bungsu Bu Prani, yang emosional tetapi memiliki tekad kuat untuk membantu ibunya keluar dari masalah.
Arswendy Bening Swara sebagai Kepala Sekolah
Kepala sekolah yang memberikan tekanan kepada Bu Prani untuk mempertahankan reputasi sekolah.
Luluk HF sebagai Ibu Pasar
Sosok yang menjadi lawan perselisihan Bu Prani di pasar.
Sekar Sari sebagai Sahabat Bu Prani
Teman dekat Bu Prani yang memberikan dukungan moral di tengah tekanan.
Mawar Eva de Jongh sebagai Murid Bu Prani
Salah satu murid yang percaya pada integritas Bu Prani dan membantu membela gurunya.


By admin